20 September 2011

ABG Tetangga

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD
porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si
adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina.
Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku
pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari
mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan
anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba
menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di
ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya.
Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian
pucuknya.
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku
sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah.
Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck.
Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video
klip musik barat agak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya.
Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan.
Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan
HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-
ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk
menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik
kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali
harus nancap. "Sekarang minta jatah..". Sambil terus
berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras
depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku
mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak
tetangga mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada
apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa",
kataku ramah.
ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia
duduk di kursi kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa
bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai
mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari
dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah
sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".
Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak
ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian
membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-
bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil.
Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang.
Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya
padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya.
Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa
menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak
lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski
sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku
uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu
ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku
mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke
kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah
kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-
denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri?
Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu
terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar
kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di
sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir
ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan
televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di
sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-
potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung,
tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk
gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai
tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan?
Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha
lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku
segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak
memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah
pengalaman.."
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi
pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar
vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah
terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang
tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi
segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut
celana warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha
merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah
celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas.
Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah,
dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga
mungil. Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera
menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku
mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih
perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil
melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian
kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai
lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi
dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih
barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan
mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu
aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan.
Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah
kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu
beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin,
dan mencium putingnya yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas
rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin
baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi
badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia
tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi
mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia
masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan.
Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah
kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak
kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-
gesekkan sampai Renny makin terangsang. Kemudian
kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit
itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga
makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih
agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat
sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya
sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol
perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap
kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher
penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa
menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit
kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah
demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya.. "Ouu..", dia
menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu.
Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik
darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya
untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai
menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika
aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan
kutingkatkan dan erangannya pun makin keras.
Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya
dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan
atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi
senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu
macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa
menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan
sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan
payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.
Sungguh-sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku
sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-
sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar
vaginamu. Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku
tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar
berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini
Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak
menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk
diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa
nikmatnya memerawani ABG tetangga